Saya penyuka warna putih, banyak barang pribadi saya yang berwarna putih, terutama pakaian. Setelah saya perhatikan, selain warna hitam, baju warna putih mendominasi isi lemari. Efek warna sebenarnya tergantung pada persepsi setiap individu, dan bagi saya, putih berarti bersih dan menenangkan. Begitu pula kesan saya ketika melihat pakaian berwarna putih, bersih dan menenangkan.
Banyak orang menyukai baju warna putih, namun dengan alasan perawatan yang sulit membuat kita lebih suka memilih warna lain. Karena tidak tercampur dengan warna lain, ketika ada kotoran menempel biasanya akan terlihat dengan sangat jelas. Selain itu, umur baju yang cukup lama juga biasanya membuat warna putih tidak lagi terlihat benar-benar bersih. Pengalaman pribadi saya, handuk putih yang jarang di jemur diluar (jarang terkena sinar matahari secara langsung), biasanya jadi berbintik-bintik hitam (orang sunda menyebutnya cimeuting) dan susah untuk dibersihkan.
Sekarang saya akan berbagi salah satu tips untuk membuat baju putih kembali bersinar (hampir) seperti baru. Ini berlaku untuk baju putih yang sudah pudar/usang dimakan usia. Sebenarnya ini resep si mbak di kostan, tapi sudah saya praktikan sendiri dan berhasil.
Caranya:
Pertama, rendam baju putih dalam larutan detergent sekitar 1-2 jam, kemudian kucek dengan tangan, bisa ditambahkan produk pemutih jika mau. Tidak usah mengucek terlalu keras, karena bisa merusak serat kain (dan bikin tangan panas juga tentunya). Setelah merasa cukup bersih, bilas hingga busa detergentnya bersih. Setelah busanya bersih, rendam baju dalam air bersih semalaman (sekitar 10 jam). Kemudian jemur di bawah sinar matahari.
Biasanya saya mengulangi proses mencuci baju dengan detergent setelah direndam semalaman, supaya hasilnya lebih baik. Tapi jika anda terlalu repot untuk mengucek ulang, setelah direndam semalaman, cucian bisa langsung dibilas dan dijemur. Dan clinkkk... baju putihpun terlihat lebih bersinar.
Oh ya, ada tips tambahan.
Saya punya rok yang secara tidak sengaja terkena noda oli. Dicuci berkali-kali dengan detergent nodanya tetap tak kunjung hilang, jadilah saya berinisiatif mencari cara membersihkan oli di google. Ternyata, sabun pencuci piring semisal sunlight cukup bisa diandalkan. Setelah direndam dalam detergent, sambil dikucek kain yang kena oli diolesi cairan sabun pencuci piring. Terus aja kucek sampai dirasa nodanya tidak lagi terlihat. Bilas sampai bersih dan jemur.
Semoga baju putih anda bisa tetap terlihat baru dan selamat mencoba^^
hanya merupakan catatan-catatan tentang hal yang saya sukai; menulis membuat saya bisa membaca kembali apa yang pernah saya lakukan, pikirkan dan impikan.
Rabu, 20 Agustus 2014
Senin, 11 Agustus 2014
just fanfiction: どうして…君を好きになってしまったんだろう?
Januari 23th, 2013; 08:15 pm
“aku akan menikah,” ujar gadis itu pelan,
bahkan hampir terdengar seperti sebuah bisikan di telingaku. Mata bulatnya
menatapku. Seperti biasa, senyum selalu terbingkai indah di wajah cantiknya. Bahkan
hingga detik ini, di saat ia mungkin melihatku dengan wajah tanpa
ekspresi setelah mendengar ucapannya.
Januari 23th, 2013; 11:23 am
Handphoneku bergetar pelan, menandakan ada sebuah pesan masuk. Kuhentikan
aktivitas menggambarku dan beralih pada benda kecil berwarna hitam itu, segera
membuka pesan yang baru saja masuk. Sejenak aku termenung melihat nama pengirim
yang terpampang di atas pesan singkat tersebut.
Byeon Da Hye:
“Apa nanti malam kau punya waktu? Ayo
bertemu”
Aku segera membalas pesannya dengan
menyebutkan nama sebuah coffee shop langganan
kami, sebagai tanda persetujuanku untuk bertemu malam ini. Sebuah senyum terkembang
di bibirku, mengingat nanti malam akan bertemu dengan gadis bernama Byeon Da
Hye.
Setelah memperoleh gelar master dan mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan internasional di Jerman, akhirnya bulan lalu dia kembali ke Indonesia. Dengan jadwal kami yang sama-sama padat, kami hanya sempat berkirim kabar lewat telpon ataupun sekedar chat melalui jejaring sosial. Tapi aku masih bisa mengingat dengan baik
pertemuan pertama kami pada kuliah umum pengenalan kampus tujuh tahun silam.
Agustus 29th,2006
“apa kursi ini kosong?” Tanya seorang gadis
menunjuk sebuah kursi kosong yang ada di sampingku. Aku segera mengambil tas
rangsel yang kuletakan di atasnya. “silakan,” jawabku setelah memindahkan tasku
ke bawah. “terima kasih,” ujarnya singkat disertai sebuah senyum di bibirnya.
Kalian percaya dengan istilah love at first sight? Sedetik sebelum ini
aku pun tak pernah mempercayainya. Terlalu konyol untuk jatuh cinta pada orang
yang tak kita kenal sama sekali. Tapi kali ini aku mengalaminya, aku bisa
memastikan bahwa hal itu benar-benar terjadi dalam hidupku. Aku benar-benar
terpesona dengan senyum gadis yang baru saja duduk di sampingku. Wajahnya
terlihat begitu cantik dengan bulu mata lentik yang menghiasi mata bulatnya
yang terlihat bersinar.
***
Kuliah umum ini benar-benar membosankan.
Acaranya benar-benar hanya seputar pengenalan kampus saja. Kulirik gadis
disampingku yang juga mulai menguap beberapa kali.”acaranya membosankan,”
gumannya seolah turut menyetujui pikiranku. “dari jurusan apa?” tanyanya.
“arsitektur, kau sendiri?”tanyaku yang sebenarnya memang sudah penasaran ingin
mengobrol dengannya, tapi terlalu malu untuk memulai percakapan.
Sebuah senyum merekah di bibirnya,
“benarkah? Aku juga dari arsitektur,” serunya dengan tatapan seakan tak percaya.
“Byeon Da Hye, namaku Byeon Da Hye. Sepertinya kita akan menjadi teman sekelas,
panggil saja aku Da Hye,” ujarnya sambil mengulurkan tangan. “Lee Dong Hae,
panggil saja aku Dong Hae,” jawabku sambil menyambut uluran tangannya. Kami pun
mulai mengobrol untuk mengusir kantuk di tengah kuliah umum hingga acara
selesai. Banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari daerah asal, alasan masuk
jurusan arsitektur sampai pada rencana unit kegiatan mahasiswa apa yang akan
kami masuki nanti.
Yang lucu dari pernyataanya adalah ketika
dia menceritakan awal ketertarikannya pada dunia arsitektur. “aku mulai jatuh
cinta pada arsitektur setelah membaca sebuah novel, aku benar-benar jatuh cinta
pada tokoh utama dalam novel tersebut. Ia adalah seorang arsitek yang memiliki
idealisme tinggi ketika mendesain,” ujarnya polos. Berbeda dengan alasanku yang
memang ingin menjadi seorang arsitek karena aku mengagumi ayahku yang juga
seorang arsitek.
Kami terus berbincang hingga tanpa terasa
acara kuliah umum pun berakhir.
“sampai ketemu di kelas Dong Hae-ya”
ujarnya sambil melambaikan tangan dan berlalu dari hadapanku. Aku membalas
lambaian tangannya dan tersenyum. Tapi senyumku terhenti ketika teringat bahwa
aku lupa untuk meminta nomor handphonenya.
“ah, kau melupakan hal penting Dong Hae,” batinku.
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku
hanya memikirkan tentang perkuliahan pertama yang baru akan dimulai pada hari
selasa depan. “semoga kita memang akan sekelas Da Hye-ya,” harapku.
September 4th2006
“Lee Dong Hae…” sebuah suara menyambutku
ketika aku baru menginjakan kaki di depan kelas. “sudah kubilang kita pasti
sekelas,” lanjutnya. Kulihat Da Hye yang
berseru menyambut kedatanganku. Hari ini adalah hari pertama perkuliahan dan
kami benar-benar bearada di kelas yang sama. Mungkin hingga kami resmi menjadi
sarjana, kami akan selalu bersama. Terima kasih Tuhan.
October 15th,
2007
“ayo bertemu di coffee shop di ujung jalan itu,” ujar Da Hye di sebrang telepon.
“aku masih
harus bertemu songsaengnim, masih ada yang harus kuasistensikan untuk tugasku,”
jawabku.
“baiklah,
datang setelah selesai asistensi saja,” ujarnya lagi.
Hari ini aku
ada janji dengan dosen mata kuliah struktur. Aku masih harus mengasistensikan
tugasku sebelum pengumpulan tugas dua minggu yang akan datang. Untuk mata
kuliah ini aku dan Da Hye berbeda dosen pembimbing, jadi kami jarang asistensi
bersama.
***
Aku segera melangkahkan kaki menuju ke
dalam coffee shop dimana Da Hye menungguku.
“saengil chukkaeyo…” teriak orang-orang
ramai begitu aku masuk. Ternyata beberapa teman sekelasku ada di sana. Sekilas
kulirik gadis berambut sepinggang yang berada di deretan depan, tangannya
mengulurkan sebuah tart dengan
beberapa lilin di atasnya. Gadis itu, Da
Hye, hanya memamerkan senyum cantiknya seperti biasa.
Suasana dalam coffee shop benar-benar ramai. Selang beberapa menit kedatanganku,
teman-teman yang lain juga berdatangan.
“siapa yang merencanakan ini?”tanyaku pada
Yuri, teman sekelas yang kebetulan duduk di sampingku. “ide awalnya dari Da Hye, tapi Leeteuk sebagai ketua angkatan punya
andil yang sangat besar dalam pelaksanaanya,” jawab Yuri kemudian berlalu
mendekati teman-teman lain yang sedang berkumpul di sudut lain ruangan.
“saengil
chukkae Dong Hae-ya,” ujarnya sambil menyodorkan sebuah kotak terbungkus rapi
lengkap dengan pita berwarna biru. “terima kasih,” jawabku sambil menggaruk
kepala yang tak gatal. Entah mengapa, meski kami sudah saling mengenal sejak
satu tahun lalu, aku masih sering salah tingkah ketika berhadapan gadis itu.
“ayo buka,”
ujarnya lagi.
Aku segera
membuka kado tersebut, isinya adalah sebuah jam pasir yang sangat cantik.
“kenapa jam pasir?” protesku. Beberapa hari yang lalu, ketika dia bertanya
hadiah apa yang kuinginkan untuk ulang tahunku, aku minta CD Ayumi Hamasaki,
penyanyi Jepang favoritku. Tapi lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum. “kau
pikirkan saja, untukmu jam pasir lebih cocok,”.
October 15th,
2009
“mungkin ini
tahun terakhir kita merayakan ulang tahunmu sebagai mahasiswa, Dong
Hae-ya,”ujar Da Hye sambil menyerahkan sebuah kado yang juga berpita biru. “apa
isinya masih sama?” tanyaku menyelidik. Betapa tidak, setiap ulang tahunku dia
selalu memberikan hadiah yang sama, sebuah jam pasir. Hanya berbeda bentuk dan
ukuran, intinya tetap sama, yaitu jam pasir.
“buka
saja,”ujarnya sambil cemberut. “atau kau tak mau hadiah dariku?” tambahnya
sambil meraih kado yang ada di tanganku.
“ah aniyo,”
ujarku sambil segera membuka kado yang ada di genggaman tanganku. Dan tentu
saja isinya masih tetap sama, sebuah jam pasir. “ini artinya akan ada tiga buah
jam pasir yang berjejer di kamarku,”ujarku sambil tersenyum ke arahnya.
“apa kau
suka?” tanyanya. Aku mengangguk antusias “apapun yang kau berikan akan kusimpan
dengan baik,” jawabku. “jam pasir itu mewakili perasaanku,” ujarnya. “perasaan?
perasaan apa?” tanyaku penasaran. Sejujurnya, meski kukatakan aku menyukainya
sejak pertama melihatnya, aku tak pernah mengutarakan perasaanku. Selain gadis
yang sangat cantik, Da Hye juga gadis yang pintar. Banyak pria yang
menyukainya. Salah seorang diantaranya adalah Leeteuk. Beberapa bulan lalu, seisi
kelas yang tadinya sibuk dengan tugas studio dibuat kaget dengan penyataan
cintanya yang begitu tiba-tiba. “would
you be my girl?” tanyanya sambil menyerahkan sebuket mawar putih ke tangan
Da Hye. Da Hye yang kebetulan duduk di sampingku sejenak melirikku. Mungkin
wajahku terlihat lebih kaget dibandingkan dengan dirinya sendiri. Aku hanya
mengangkat bahu dan berusaha mengisyaratkan bahwa “semua keputusan ada di
tanganmu,”.
Dan akhirnya
mereka pun resmi berpacaran meski hanya tiga bulan.
August 11th,
2010
Seperti yang
telah kupikirkan sejak pertama kali bertemu gadis bermata bulat itu, kami akan
selalu bersama hingga hari kelulusan. Aku melihatnya mengenakan baju wisuda
lengkap dengan toga yang bertengger di atas kepala, rambutnya rapi bersanggul. Aku
tersenyum menyambut kedatangannya. Tuhan seolah membuat kami seperti dua orang
yang selalu ditakdirkan bersama, kami duduk berdampingan pada hari pertama kami
resmi menjadi mahasiswa, lalu sekarang di upacara kelulusanpun kami masih duduk
berdampingan.
“kita duduk
berdampingan lagi, Dong Hae-ya” ujarnya seperti mengungkapkan apa yang
kupikirkan. Aku menatapnya dan tersenyum menyetujui ucapannya. Kami masih
sempat membicarakan beberapa hal, mengenang kebersamaan yang kami lalui sebelum
upacara wisuda dimulai.
***
Flash. Kedipan cahaya dari kamera polaroid membuatku terkedip seketika. Sebuah foto
kemudian tercetak sempurna. Dae Hye tersenyum sambil mengibas-ngibaskan lembar
foto yang tercetak “ini untukku ya,” ujarnya sambil menyelipkan foto tersebut
kedalam tas kecil yang dibawanya. Tangannya segera meraih pundakku “sekarang
ayo foto bersama” dan seperti sebelumnya. Sebuah foto tercetak, menampilkan
wajah kami berdua yang masih mengenakan baju wisuda. “ini untukmu saja,”
ujarnya menyerahkan foto tersebut. Aku meraih dan segera menyimpannya ke dalam
saku. Beberapa orang teman yang lain menghampiri kami dan saling memberikan
ucapan selamat atas kelulusan masing-masing.
“selamat Dong
Hae-ya,” ujar Da Hye sambil memelukku. Aku tersenyum dan balik memeluknya.
Aku tahu,
mungkin ini adalah kebersamaan kami yang terakhir, karena setelah ini dia
berencana melanjutkan kuliah di luar negeri sedang aku berencana membantu
ayahku di konsultan arsitektur miliknya. Aku ingin sekali mengatakan bahwa aku
sangat menyukainya, bahkan aku menyukainya sejak pertama melihatnya. “ Da
Hye-ya… “ ujarku pelan, dia melepaskan pelukannya dan mata bulatnya menatapku,
menginsyaratkanku untuk melanjutkan kalimatku. Lama aku terdiam.
“selamat,”
akhirnya hanya satu kata yang keluar dari bibirku. Semua kalimat yang ingin
kusampaikan seolah tercekat dalam kerongkongan. Sama seperti waktu-waktu
sebelumnya, ketika aku ingin mengungkapkan perasaanku, sama seperti ketika aku
ingin menggelengkan kepalaku saat tatapanmu meminta pendapatku ketika Leeteuk
menyatakan cintanya untukmu. Tapi nyatanya tetap tak ada kalimat yang keluar
dari bibirku, aku hanya memendam semuanya dalam hati. Aku terlalu takut jika perasaanku
bertepuk sebelah tangan dan kemudian ketika aku mengungkapkan semua, kau akan
mulai menjauh dan tak lagi berada di sampingku.
February 22th,
2013
Hari ini aku
melihatnya dengan senyum merekah yang selalu terbingkai cantik di wajahnya. Mata bulatnya selalu tampak bersinar. Gaun pengantin putih tanpa lengan itu melekat
indah di badannya. Sejenak ia berdiri tepat di hadapanku, menatap ke arahku lalu tersenyum. Aku segera membalas senyummu yang mungkin akan terlihat canggung dan gugup. Kualihkan pandangan ke arah pria yang juga
melangkah bersamamu. Senyum menghiasi wajahnya, matanya juga tak kalah
memancarkan sinar kebahagiaan.
“selamat,”
akhinya, hanya kata itu yang kembali keluar dari bibirku.
"semoga kebahagiaan selalu menyertai hidumu," doaku untuk pernikahannya.
Fanfiction ini sudah mengendap hampir dua tahun di komputer. Saya bahkan hampir lupa kalau saya pernah menulis cerita ini seandainya saja Sri tidak secara tiba-tiba menanyakan kelanjutan ceritanya. Terinspirasi dari sebuah PV DBSK yang berjudul どうして…君を好きになってしまったんだろう, saya menjadikan Lee Dong Hae (Super Junior) sebagai main cast. Karena sudah lama tertunda saya sendiri sudah luma akhir cerita yang mau saya tulis, jadilah ini cerita lama yang baru menemukan akhirnya hari ini.
Sebagai bonus saya lampirkan link PV tersebut^^.
Plus dua foto Akang Donghae yang saya comot dari google. Hehehe...
Ayo Nostalgia... bersama The Hospital
Hollaaa… sudah cukup lama saya tidak gentayangan dan menulis disini.
Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang sebuah drama yang sedang saya
tonton. Bukan drama baru, sebuah drama Taiwan yang memiliki seting dunia
kedokteran. Sejujurnya, mungkin ini efek dari jatuh cinta dan patah hati saya
pada seorang dokter, jadilah beberapa waktu belakangan ini saya banyak
menghabiskan waktu untuk menonton drama yang bertemakan kedokteran, semacam
pelarian gitu deh. Hahaha… Tapi positifnya, saya bisa mempelajari dan sedikit memahami
tentang dunia mereka.
The Hospital (白色巨塔) atau dikenal
juga dengan judul The Great White Tower , sebuah drama Taiwan tahun 2006. Diangkat dari novel berjudul sama
yang ditulis oleh Hou Wenyong. Drama ini
dibintangi oleh Jerry Yan (pemeran Dao Ming Se dalam serial drama Meteor
Garden). Sama halnya seperti Meteor Garden, drama ini juga sempat tayang di
salah satu chanel televisi Indonesia, kalau tidak salah di Indosiar.
Bakat pecinta drama saya memang sudah tumbuh subur sejak zaman masih
pakai seragam putih-merah. Saya sempat menonton drama ini di TV dulu, sehingga
untuk meresensi dan bernostalgia juga tentunya, sekarang saya menonton ulang
drama tersebut.
Pada episode pertama diceritakan tentang Su Yihua (Jerry Yan),
seorang spesialis bedah, seharusnya bertanggung jawab melakukan operasi
pada puteri presiden tiba-tiba digantikan oleh dokter lain tanpa
sepengetahuannya. Setelah operasi selesai berbagai masalah mulai muncul, mulai
dari pemasangan portacath hingga pemberian terapi yang tidak sesuai. Hal tersebut menyebabkan kondisi sang pasien semakin memburuk. Su Yihua yang mengetahui
keadaan pasien berusaha menjelaskan dan meminta penggantian metode penyembuhan,
namun tak digubris hingga dengan kondisi yang semakin memburuk sang
puteri presiden harus dipindah ke ruang ICU guna mendapat perawatan yang lebih
intensif.
Tak hanya bercerita seputar penyakit dan berbagai masalah yang
dialami oleh pasien, sesuai judulnya,
drama ini juga menceritakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
masalah administrasi, fungsional, perebutan jabatan dan kekuasaan yang terjadi
di rumah sakit.
Bukan drama namanya jika tidak dibumbui unsur romantis kisah cinta.
Diceritakan tentang Su Yihua yang gagal
move on dari Gwan Xin, seorang ahli anestesi, pacarnya (atau lebih tepat
disebut mantan pacar) sejak zaman kuliah yang sekarang bertugas di rumah sakit
yang sama dengannya. Gwan Xin selalu menghindar dari Su Yihua tanpa alasan yang
jelas, hingga akhirnya ia bercerita bahwa ia merasa malu karena semasa Su Yihua
menjalankan wajib militer dulu, ia berselingkuh dengan pria lain. Meski
demikian, Su Yihua tetap meyakinkan Gwan Xin bahwa hal itu bukan masalah
baginya. Ia ingin memulai lembaran baru bersama Gwan Xin. Bisakah Su Yihua
meyakinkan cintanya untuk Gwan Xin? Bagaimana akhir dari kisah perebutan
kekuasaan yang terjadi di rumah sakit? Silakan menonton^^.
Well… drama ini terdiri dari 39 episode dengan durasi perepisode sekitar
45 sampai dengan 50 menit. Secara pribadi saya sangat merekomendasikan untuk
menontonnya. Akting Jerry Yan sangat bagus, karakternya sebagai seorang dokter
yang memrioritaskan pasien di atas segalanya benar-benar keren. Tidak seperti beberapa
karakter dalam drama yang dia perankan, meski tergolong keras kepala namun
dalam drama ini dia lebih banyak tersenyum. Untuk penilaian pribadi, dari angka
10 saya kasih 8. Oh ya, dalam drama ini ada Agnes Monica juga, ia berperan
sebagai salah satu pasien di rumah sakit tempat Su Yihua bekerja. Penasaran
dengan akting Agnes dan Jerry Yan? Ayo ayo, tonton The Hospital^^.
Langganan:
Postingan (Atom)