Rabu, 19 Agustus 2015

sa VS ma

Ini cuma salah satu tulisan gak jelas yang saya publish, silakan close tab atau skip jika tak ingin muntah dan kejang lantaran nyesel baca tulisan ini. Pokonya TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk dibaca. Ini si "Aku" lagi galau pas bikin tulisan, jadi isinya 100 % kegalauan.

***

Sore ini tiba-tiba pengen dengerin satu lagu, What about Now-Westlife, yang selalu sukses bikin sifat melankolis kambuh lantaran ingat cinta bertepuk sebelah tangan di masa lalu. What about now? What about today? What about you making me, all that I was meant to be? What if my love never went away?

Bukan berarti selama ini aku tidak berusaha menemukan cinta baru dan melupakan makhluk ajaib bernama 00(Zeroro-red). Aku berusaha membuka hati, namun selalu saja berujung pada jalan yang sama, buntu. Apa aku harus dapat surat undangan/berita pernikahannya dulu baru bisa benar-benar patah hati? Entahlah. Saat ini aku hanya ingin menulis. Aku perlu menceritakan tentang keresahan hati yang sebenarnya tak perlu kurasakan.

Seolah ada dua makhluk di kepalaku, kita sebut saja SA (Setan Aku) dan MA (Malaikat Aku).

SA : "Tiba-tiba inget sama Zeroro. Rasanya sakit, seperti aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku," ujarnya dengan kadar lebai yang luar biasa.
MA : "Sudahlah, kalau jodoh, dia pasti tak akan kemana," balasnya tanpa melirik sedikitpun pada SA.
SA : "Kamu bilang begitu juga tentang si Kuro, makhluk Tuhan paling brengsek yang pernah kukenal. Datang dan pergi seenaknya. Tiba-tiba datang dengan segudang kata cinta yang bikin muak, menghilang, memutus komunikasi tanpa alasan yang jelas, lalu muncul dengan berita pernikahan," ujar SA mulai sinis. Seakan tanduk mulai tumbuh di atas kepalanya.
MA : "Kamu kecewa? Bukankah itu salahmu sendiri yang tak pernah benar-benar menghargai perasaannya?" bisiknya. Bisikan yang terdengar seperti tabuhan genderang perang bagi SA.
SA : "Kecewa? Mungkin saja, karena aku terlanjur berpikir dengan sombong dan tolol, bahwa Tuhan menciptakannya untukku. Dengan berbagai perbedaan dan pertentangan yang kami miliki, kupikir dia akan menjadi separuh dari sayapku yang belum sempurna. Tapi ternyata aku salah, dia lebih memilih wanita yang bisa menerima kekurangan dan kelebihannya," jawabnya sinis. "Tapi sudahlah, toh aku memang tak pernah benar-benar peduli pada pria menyebalkan itu, aku bahkan bersyukur. Mungkin jika aku harus bersamanya, aku akan melewatkan hal-hal yang jauh lebih baik untukku," tambahnya dengan nada suara yang lebih tenang. Emosinya menguap begitu saja ketika mengingat alasan Tuhan memberinya "jalan yang tak diharapkan"
MA : "Yah, kamu memang harus berpikir begitu. Begitu pula dengan Zeroro. Kamu masih percaya jodoh yang diatur Tuhan, bukan?" tanyanya dengan sorot mata yang mengharapkan jawaban tegas SA.
SA : "... aku ragu dengan keyakinan yang selama ini kupertahankan," lirihnya setelah diam cukup lama.
MA : "Kamu harus yakin bahwa Tuhan telah menyiapkan seseorang terbaik untukmu, kamu hanya perlu bersabar hingga tiba pada waktu yang ditentukan-Nya". Tangan MA merangkul bahu SA, berusaha menyalurkan seluruh keyakinan yang dimilikinya.
SA : "Lalu aku tak boleh merasa rindu pada Zeroro?"
MA : "Itu hakmu, tapi jangan sampai rasa rindumu mengalahkan logikamu. Jangan sampai kamu melakukan hal yang akan kamu sesali seumur hidupmu".
SA : "Aku? Menyesal? Memangnya hal apa yang pernah kulakukan dan membuatku menyesal seumur hidupku?"
MA : "Memangnya tidak ada?" tanya MA tak percaya dengan kepercayaan diri-atau lebih tepat disebut kesombongan-yang dimiliki SA.
SA : "ck... kamu seperti baru mengenalku, aku rasa sampai saat ini aku belum pernah melakukan hal yang benar-benar kusesali. Hanya terkadang aku menyesal kenapa aku sering melakukan sesuatu tanpa ketulusan dan bersungguh-sungguh agar bisa mendapat hal yang lebih baik,"
MA : "Kalau begitu mulailah belajar menjadi orang yang tulus dan bersungguh-sungguh," ujar MA dengan senyum bahagia mengetahui bahwa SA setidaknya tahu apa kekurangannya. "Lalu apa kamu pernah menyesal mengatakan suka pada Zeroro?" godanya.
SA : "Tidak. Aku tak pernah sekalipun menyesalinya. Aku malah selalu berdoa agar dia selalu ingat padaku. Aku berharap bahwa akulah satu-satunya gadis yang pernah melakukan hal itu padanya. Aku berharap dia berjodoh denganku. Eh salah, aku berharap Tuhan menjodohkanku dengan Zeroro," jawab SA dengan senyum dan tanduk yang semakin menegaskan posisi sebagai "makhluk kiri".
MA : "..."

Jakarta, 11 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar