Kamis, 25 Oktober 2018

Tokyo Day 2


Hari kedua saya diisi dengan kegiatan-kegiatan spontan tanpa rencana. Benar-benar liburan, hanya jalan kaki tanpa tujuan tapi saya menemukan banyak sekali tempat yang menyenangkan.
Rencana awal saya, hari ini akan saya isi dengan acara 1日デート -> 1 day date. Namun apa daya, pihak sebelah minta jadwal ulang dengan alasan akhir pekan ini kemungkinan thypoon akan datang ke Tokyo. Jadilah saya yang memang tak menyiapkan agenda khusus seharian ini harus pergi tanpa tujuan.
Mengingat saya ke Tokyo dengan tambahan bekal dari bu bos, maka saya berkewajiban untuk menyelesaikan tugas secepat yang saya bisa. Dengan mantap, naiklah saya kereta menuju Takadanobaba, saya akan survey sebuah bangunan. Bangunan yang saya tuju memiliki konstruksi fasade yang sangat menarik, sehingga salah seorang pemilik modal menjadikannya reverensi untuk desain kami selanjutnya.
The reason of solo traveling is the best way for me is I can go where and when as I want.
Saya mungkin akan membahas secara khusus tentang keunikan fasade bangunan tersebut di tulisan saya yang lain.
Pada malam sebelumnya, ketika mengobrol dengan Tomoya tentang rencana ke Takadanobaba, dia bilang lokasi itu sangat terkenal karena ada salah satu universiti populer disana, Waseda University. Tapi mengingat saya yang sering kesulitan menemukan satu lokasi tujuan, saya tidak berharap banyak bisa berkunjung kesana.
Setelah mengambil beberapa foto konstruksi saya jalan kaki dan memeriksa jarak saya dari Waseda University. Jarak saya hanya sekitar 900 meter berjalan kaki, begitu menggoda untuk saya. Akhirnya saya putuskan untuk jalan kaki, kalau bisa sampai kampus ya Alhamdulillah, kalau tidak maka saya akan menyalahkan si orang yang minta jadwal ulang 1日デート.

Saya benar-benar menikmati berjalan kaki menuju Waseda University. Karena saya pergi hari minggu, jalanan tidak terlalu ramai, saya yakin kalau saya akan kesulitan untuk dapat tempat duduk di kereta kalau saya pergi di hari kerja mengingat pasti banyak sekali mahasiswa yang menuju lokasi.
Dalam perjalanan, saya mampir ke kuil Anahachimangu. Dari depan, selain disambut gerbang/tori, kita juga disambut oleh monumen seorang prajurit berkuda yang sedang mengarahkan anak panahnya. Naik beberapa anak tangga, saya disambut pemandangan taman yang benar-benar menyejukan mata. Kamu tahu kenapa saya jatuh cinta dengan Jepang? Di tengah kemajuan ekonomi dan teknologi yang dimilikinya, mereka tetap bisa menjadi bangsa yang memegang teguh budayanya. Di tengah tingginya gedung-gedung pencakar langit, kita masih bisa melihat kuil-kuil tempat mereka berdoa. Berdiri anggun dengan warna merah yang begitu kontras dari lingkungan sekitar.


Seperti lokasi kuil-kuil lainnya, kita harus melewati beberapa anak tangga untuk mencapai bangunan utama. Begitu sampai di pelataran utama, saya ikut berkumur dan mencuci tangan. Sama seperti pengunjung (lokal) yang hendak berdoa. Bukan hanya berkumur tapi saya juga minum beberapa teguk. Hahaha... Segar. Airnya benar-benar jernih. Sebenarnya kalau bukan karena takut dianggap tidak sopan, saya ingin sekali mengisi botol air minum saya yang sudah kosong sejak dua jam lalu (^_^;)

Di depan kuil utama ada 2 buah pohon sangat besar. Saya memang suka tanaman, jadilah saya mengelus batang pohon yang tak mungkin bisa saya peluk itu. Betapa kagetnya saya ketika kemudian ada sepasang suami istri yang juga melakukan hal yang sama dengan saya. Bedanya mereka menyentuh batang pohon sambil berguman, mungkin doa. Ini kali pertama saya melihat ritual doa semacam ini, saya nanti akan mencari tahu alasan kenapa mereka berdoa di pohon itu.

Saya tidak masuk ke altar untuk berdoa ataupun membeli jimat yang kemudian saya jadikan cendera mata. Saya hanya menikmati suasana yang begitu sejuk. Matahari sudah tepat di atas kepala dan perut saya sudah keroncongan.
Saya segera melanjutkan perjalanan menuju Waseda University. Dan ternyata saya bisa sampai dengan selamat.
\(^0^)/

Ternyata meskipun ini hari minggu banyak orang datang. Yang saya sukai disini adalah mereka duduk sambil memegang buku. Sebagian ada yang memegang smartphone, tapi tak banyak.
Saya menyukai nuansa akademis yang begitu terasa. Semangat saya untuk mencari beasiswa guna melanjutkan sekolah di negeri ini kembali bergelora. Bismillah... Semoga kunjungan berikutnya tak hanya datang untuk liburan:)

Setelah jalan-jalan di Waseda University saya kembali menuju ke Stasiun Nishi Waseda. Saya berencana pergi ke LINE Friends Store Harajuku. Melihat rute menuju lokasi satu arah dengan Meiji Jingu, saya putuskan untuk mampir ke Meiji Jingu yang mana ternyata saaangat luas. Sama seperti masuk ke Kebun Raya Bogor, kalau saya berniat menjelajahi seluruhnya, 1 hari tidaklah cukup buat saya. Hutannya benar-benar rimbun. Masuk area Meiji Jingu benar-benar membuat saya merasa seperti di Taman Raya Bogor. Saya bisa mendengar suara burung gagak dimanapun.

Berbeda dengan mitos keberadaan burung gagak di Indonesia, di Jepang burung gagak merupakan salah satu hewan yang dilindungi, kita bisa melihat dan mendengar suaranya dimanapun, termasuk di Tokyo, kota megapolitan.

Saking luasnya, saya sampai kepayahan (^_^;)

Dengan temperatur udara yang hampir sama dengan di Jakarta, saya melewati hari yang sangat panas.

Ah, saya rasa saya memang orang yang beruntung. Ketika tiba di Meiji Jingu saya melihat iringan pengantin. Ah~~~羨ましい (T-T).

Setelah benar-benar merasa lelah saya putuskan untuk pulang ke hotel untuk istirahat sebentar. Saya pikir saya bisa ke LINE Friends Store malam ini.
Saya tiba di hotel pukul 5 sore dan berencana pergi keluar setengah delapan nanti. Teman saya mengajak pergi ke Sensoji, jadilah saya kembali berkunjung ke Sensoji. Makanan apa yang kami coba? Tak ada!
Kami mencari makan di perjalanan pulang, sekitar pukul sepuluh kurang. Hampir semua toko sudah tidak menerima pesanan, jadi malam ini kami putuskan untuk membeli makan di toko serba ada.
Dan perjalanan hari keduapun berakhir. Selamat malam:)
Saya sudah tak sabar menantikan esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar