Kamis, 31 Desember 2015

Happy New Year!

Sebenarnya masih ada beberapa jam menuju tahun baru, namun berhubung beberapa hari kedepan (mungkin) saya menghilang dari semua bentuk komunikasi dunia maya (???) maka saya menulis ucapan selamat pada hari ini. Lagi pula saya bukan tipe orang yang menyukai kata "selamt tinggal", jadi kata "selamat tinggal tahun 2015" saya ganti dengan kata "selamat datang tahun 2016".
Selamat tahun baru, semoga tahun 2016 ini jauuuh... lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Semoga di tahun ini semua harapan, cita-cita dan doa dapat terkabul. Semoga tahun ini menjadi tahun terbaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Semoga tahun ini menjadi tahun terakhir di ****** (Ha Ha Ha). Semoga dan amin.
Mari menyambut pergantian dengan semangat baru, dengan setumpuk resolusi yang (bahkan) belum sempat saya tulis. Tapi yang pasti, sama dengan resolusi tahun lalu, motto nihon e ikuuu!!!






Kamis, 15 Oktober 2015

Bandara mati lampu? Ciyusss...

Hari senin kemarin saya dikirim ke Kendari dari kantor. Ini pertama kali saya mengunjungi kota ini jadi sedikit banyak saya terkesan. Tiba di bandara saya disambut oleh para penyedia jasa sewa mobil (taksi) yang menawarkan untuk mengantar ke tempat tujuan dengan tarif yang sudah dipatok-saya jadi ingat, ketika saya ke Bengkulu saya juga ditawari penyedia taksi seperti ini. Jujur saja, karena saya datang sendiri saya tidak berani naik taksi non-argo seperti ini, karena biasanya memang kendaraan yang digunakan pun berbeda dengan taksi yang bisa saya lihat di Jakarta. Kendaraan yang dipakai adalah kendaraan-kendaraan pribadi yang jadi lebih mirip mobil rental/sewa. Berputar-putar sejenak di Bandara Haluoleo, saya bertemu dengan rekan dari kontraktor yang tentu saja akan menuju ke arah yang sama. Saya menghembuskan nafas lega, karena itu berarti bahwa saya tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana saya bisa sampai ke tempat tujuan.

Berbeda dengan perjalanan ke Makassar beberapa waktu lalu, di Kendari saya tidak punya kesempatan untuk jalan-jalan. Selesai acara, saya langsung menuju hotel dan bobo cantik. Saya bahkan terlalu malas untuk beranjak dari kamar untuk sekedar mencari makan, padahal perut saya agak perih karena hanya diisi makan siang tanpa sarapan pun T-T.
Pagi hari, selesai sarapan saya menyempatkan jalan-jalan di sekitar hotel, mencari oleh-oleh. Saya jalan kaki sekitar 300 meter dari hotel. Selama jalan-jalan, saya sama sekali tidak berpapasan dengan pejalan kaki lainnya. Wajar memang, saya berjalan jam delapan pagi, orang-orang pasti sudah mulai aktivitas sekolah atau kerja, sehingga tidak ada yang beraktivitas di luar rumah. Beberapa motor yang ternyata adalah ojeg menawarkan tumpangan, sekitar satu jam di luar saya hanya melihat satu buah angkot lewat. Benar-benar bebas dari kata macet, sebuah suasana yang seolah menjadi utopia bagi kota metropolitan seperti Jakarta. Selain jam kerja, panas matahari yang luar biasa menusuk sepertinya juga menjadi pertimbangan orang-orang untuk beraktivitas outdoor. Teriknya sengatan matahari membuat kulit saya semakin eksotik, terbukti dengan belang bekas sandal di kaki saya yang nampak begitu jelas ketika saya kembali ke hotel setelah jalan-jalan tersebut.
Dari hasil percakapan dengan rekan yang saya temui, katanya siang hari di Kendari memang luar biasa panas, dan pada malam hari suhunya akan turun drastis, dingin sekali. Namun sayang, karena tidak keluar malam, saya tidak merasakan sendiri perbedaan suhu tersebut.
Jam sepuluh pagi saya sudah check out dari hotel, karena rencananya saya mau nebeng rekan yang mau ke bandara (lumayan kan, pemangkasan biaya transportasi). Dengan kondisi jalan yang sangat lancar, bahkan lebih lancar dibandingkan dengan jalan tol Purbaleunyi, saya tiba di bandara jam sebelas kurang. Masih satu setengah jam lagi untuk check in penerbangan ke Jakarta. 

Duduk di dalam bandara, tiba-tiba lampu di seluruh ruangan padam. Saya agak terkejut dengan kejadian ini, tidak begitu lama lampu pun kembali menyala. Namun hal itu kemudian terulang ketika saya sedang check in. Saya semakin menyadari ketidakmerataan yang ada di Indonesia. Pantaslah saya sering mendengar keluhan-keluhan dari warga di luar Pulau Jawa tentang betapa "pilih kasihnya" pemerintah terhadap warga yang ada di luar pulau.

Dalam penerbangan saya ke Jakarta banyak sekali warga Cina. Sebenarnya ketika perjalanan berangkat Jakarta-Kendari pun saya bersamaan dengan rombongan Cina. Saya tidak begitu mengerti tujuan kedatangan mereka. Ingin sekali bertanya, apakah tujuan mereka untuk berwisata ataukah memang mereka bekerja di Kendari. Namun sayangnya, mereka juga sepertinya pasif berbahasa Inggris sehingga tidak bisa mengobrol dengan leluasa.

All Indonesia-Japan Kenshibudo Performance 2015

Tanggal 10 Oktober kemarin saya dapat tiket gratis nonton All Indonesia-Japan Kenshibudo Performance 2015. Acaranya sangat bagus. Ini adalah pertama kali saya menyaksikan kenbujutsu secara lansung, diperagakan oleh orang Jepang pun. Benar-benar bagus.


Dalam http://javanese-samurai.com, kenbujutsu berarti seni tari pedang. Kenbujutsu merupakan kesenian tradisional Jepang yang berupa seni tari dengan menggunakan katana iaito (pedang tumpul) dan sensu (kipas). Gerakan tubuh mengikuti shigin (lagu tradisional Jepang) yang diiringi alat musik seperti shimasen, koto atau shakuhachi.Tariannya berdasarkan pada kisah-kisah heroik para samurai, seperti Hideyoshi Nobunaga dan Sakamoto Ryuma.

Di Indonesia, kesenian ini termasuk baru diperkenalkan, yaitu pada tahun 2010. Meski demikian, dari tahun ke tahun peminatnya semakin banyak. Jadi pada kesempatan ini saya tidak hanya berkesempatan menyaksikan kenbujtsu oleh orang Jepang saja, melainkan juga saya bisa menyaksikan kenbujutsu yang dimainkan oleh para siswa Indonesia.



Setelah acara selesai, para pemain kenbujutsu tersebut dengan ramahnya menyambut ajakan untuk berfoto. Tentu saja saya menjadi salah satu orang yang bersemangat untuk sesi ini.



Semoga kedepannya kenbujutsu dapat lebih dikenal masyarakat Indonesia dan memberikan dampak yang positif bagi hubungan Indonesia dan Jepang :)


Rabu, 07 Oktober 2015

Jumat, 02 Oktober 2015

ようこそ二十六さい... この世界に生まれました本当に良かった!

Hari ini, tepat mengulang 26 tahun lalu saya terlahir ke dunia. Meski seiring berjalannya waktu kadang saya merasa menjadi semakin serakah, saya benar-benar bersyukur telah terlahir ke duania ini, dikaruniai orang tua, keluarga dan sahabat-sahabat terbaik. Kemudian sisi yang saya sebut serakah tersebut mempertanyakan apa yang telah saya lakukan, keberhasilan yang apa yang telah saya peroleh dan puaskah saya dengan menjadi "saya saat ini"?Mungkin karena semua sifat keserakahan yang saya miliki, pertanyaan-pertanyaan itu selalu berulang saat satu tahun umur kehidupan saya berkurang. Ya, berkurang, karena bagi saya umur itu laiaknya lilin yang menyala, setiap "berulang tahun" tidaklah berbeda dengan batang yang meleleh, semakin lama semakin pendek hingga akrinya sumbu habis dan api pun padam. Tapi saya bukan mau berbicara tentang akhir, saya ingin berbicara tentang perjalanan sumbu lilin itu mencapai titik akhir. Ia-sumbu lilin dengan api kecilnya, membakar batang namun memberikan pelita meski tak seterang mentari. Saya selalu berpikir ingin menjadi pelita tersebut, meski kecil saya ingin hidup dengan memberikan manfaat bagi lingkungan.
Banyak hal yang terjadi pada saya 25 lalu sekarang tanpa saya sadari saya mulai 26. Saya penasaran, hal apa yang akan saya alami, orang seperti apa yang akan saya jumpai dan bagaimana saya akan melalu satu tahun ini. Tidak ada ritual ataupun ucapan khusus, yang pasti, satu hal yang terus saya camkan, bahwa saya sudah harus berhenti bermain-main dengan waktu. Dengan semua "keserakahan" yang saya punya, saya akan memulai tahun ini dengan basmallah, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan barakat. Memulai tahun ini dengan doa semoga semua harapan dan cita-cita dapat terlaksana dengan baik dan saya menjadi orang yang lebih baik dari pada kemarin^^

ようこそ二十六さい...

Jumat, 25 September 2015

Indahnya Pantai Losari


Yohooo... ceritanya, senin kemarin saya dikasih tiket gratis PP Jakarta-Ujung Pandang-Jakarta dari kantor. Bukan tanpa maksud sih, sekalian (katanya) sambil aanwizing lapangan. Cuma begitulah, sebagai wanita, mental free tak bisa dikesampingkan apalagi di kebelakangkan, hehehe... jadilah saya memanfaatkan waktu kosong sebelum terbang kembali ke rimba Jakarta dengan jalan-jalan atau lebih tepatnya foto-foto narsis ala bocah (tabi gak labil).


Tiba di Bandara Hasanudin tengah hari saya disambut oleh sinar matahari yang menyengat luar biasa. Biasanya bulan-bulan ini sudah masuk musim penghujan memang, namun sepertinya alam belum  begitu bersahabat untuk menyejukan bumi. Bandaranya cukup bagus dan bersih, namun sayang, kamar mandinya tidak begitu bersih.
Sambil menunggu rekan yang kebetulan akan tiba satu jam kemudian, saya duduk-duduk di sekitaran bandara. Ini kali kedua saya melakukan perjalanan domestik melalui jalur pesawat terbang. Sebelumnya saya pernah berkunjung (atau lebih tepatnya PPL) di Bengkulu. Perjalanan Jakarta-Bengkulu kurang lebih sekitar 1 jam 15 menit, sedangkan Jakarta-Ujung Pandang kurang lebui sekitar 2 jam 15 menit. Saya baru tahu kalau ternyata perjalanan Jakarta-Ujung Pandang lebih jauh dibandingkan Jakarta-Kuala Lumpur (hahaha... maklum, selama ini saya hanya kenal moda transportasi delman dan ojek).
Aanwiziing selesai sekitar jam setengah tujuh malam, saya pun diantar menuju hotel (mungkin karena saya perempuan satu-satunya dalam acara tersebut, rekan-rekan yang lain jadi begitu baik, fufufu... jadi terharu, terima kasih bapak-bapak sekalian, jazakumullah). Dan di kamar inilah saya akan menghabiskan satu malam, sendiri. 

Hotel yang saya booking tepat berada di kawasan Pantai Losari, karena itu, setelah selesai mandi dan bersih-bersih saya jalan-jalan di sekitar pantai. Khas daerah pantai, sudah berjejer gerobak-gerobak penjual jagung bakar dan kelapa muda. Tapi karena dari pagi perut saya belum diisi apapun, maka saya memutuskan untuk mencari rumah makan yang menjual nasi. Berhubung saya lagi di Makassar, tidak salah donk jika saya mencicipi Cotto Makassar langsung di tempat aslinya. Rasanya enak, hanya saja, bagi lidah saya yang terbiasa dengan makanan "hambar", bumbu cotto terasa terlalu pekat. Tapi secara umum saya menyukainya. Suasana pantai benar-benar ramai, banyak pasangan muda-mudi, keluarga dan rombongan yang nongkrong di sekitaran pantai.
Meski sendiri, saya tidak merasa bosan, ada dua anak perempuan yang juga kebetulan duduk di samping saya, usianya terpaut lima tahunan dengan saya. Mereka bercerita tentang asal dan alasan mereka datang ke pantai malam itu. Setelah cukup puas menghirup udara malam, saya pulang ke hotel, tapi ketika masuk elevator saya mendapati ada lantai rooftop yang dipakai untuk caffee, maka saya pun menekan tombol menuju lantai tersebut. Ternyata hanya caffee biasa, pengunjungnya mungkin tamu-tamu hotel, menu yang disajikan pun tidak terlalu banyak. Jadilah saya memesan segelas es krim vanilla yang terhitung sangat mahal. Heuheu... segelas es krim harganya lebih mahal dibandingkan seporsi cotto makassar ^^".


Keesokan harinya, setelah sarapan saya duduk-duduk di balkon hotel. Pemandangan dari balkon tersebut benar-benar indah. Saya yang lahir dan tumbuh di kota yang jauh dari pantai, selalu terkesima menatap hamparan air yang berpadu dengan birunya langit. Semilir angin seolah meninabobokan dan membujuk saya untuk kembali tidur di kamar. Maka sebelum saya benar-benar "terpedaya" oleh rasa kantuk, saya segera turun menuju lobby hotel.



Sepuluh menit berjalan ke arah utara, saya sampai di Fort Rotterdam. Benteng yang dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 ini cukup luas, karena keterbatasan waktu, akhirnya saya hanya bisa menjelajahi satu gedung yang difungsikan sebagai museum, Museum Lagaligo.




Selesai berkeliling museum saya naik beca ke arah Pantai Losari (lagi). Berbeda dengan suasana malam hari yang sangat ramai, pagi ini saya hanya bertemu dengan beberapa orang saja. Tentu saja, selain terik matahari yang bisa dengan segera membuat kulit menjadi "begitu eksotis", ini juga hari kerja. Maka perjalanan pun diakhiri dengan foto di bawah ini.
Sebelumnya saya tertawa ketika mendengar cerita rekan saya tentang temannya yang pertama kali berkunjung ke Kota Makassar, rela merem (menyipitkan mata lantaran silau oleh cahaya matahari) demi foto-foto di depan pantai. Begitu saya lihat foto-foto yang saya ambil ternyata memang tidak jauh berbeda. Hahahaha...





Selasa, 15 September 2015

Taman Ismail Marzuki; Nongkrong sambil ngasah otak kanan

Pada tanggal 5 September 2015 lalu saya menghadiri acara pembukaan JermanFest yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta-tentu saja bukan sebagai tamu undangan, hanya pengunjung yang datang untuk meramaikan acara. Acaranya sendiri dimulai dari jam 06.00 sore, dengan nonton bareng sebagai inti acara. Tapi berhubung saya tidak punya kegiatan lain di hari tersebut, maka saya datang lebih awal, saya berniat menyaksikan pertunjukan di Planetarium dan Observatorium Jakarta.
Taman Ismail Marzuki (TIM) berlokasi di Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Pembukaannya diresmikan oleh Gubernur Pemerintah Daerah Jakarta, Jenderal Marinir Ali Sadikin pada tanggal 10 Nopember 1968. Mana Ismail Marzuki diambil dari nama seorang komponis pejuang kelahiran Betawi.
Ini pertama kali saya berkunjung ke TIM, sehingga membuat saya benar-benar terkesan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Pernah satu waktu saya lewat di depan TIM, rekan saya yang asli Jakarta bilang kalau di TIM memang selalu ramai, banyak kegiatan baik di siang maupun malam hari, cocok untuk jadi tempat jalan ketika akhir pekan. Seperti yang saya sebutkan tadi, tujuan utama saya berkunjung ke TIM adalah untuk melihat pembukaan JermanFest, namun karena masih siang saya bermaksud menonton pertunjukan di Planetarium dan Observatorium Jakarta yang kebetulan masih berada di kompleks TIM.
Saya begitu bersemangat untuk menonton pertunjukan, tapi begitu sampai di pintu masuk, ternyata tutup. Saat mengkonfirmasi satpam yang ada disana, katanya proyektor utama sedang dalam perbaikan, jadi tidak ada pertunjukan di Planetarium dan Observatorium. Perbaikan pun belum tahu akan memakan waktu berapa lama, sehingga belum ada pemberitahuan kapan akan ada lagi pertunjukan.
Setelah saya cek, meski tidak ada pertunjukan, peneropongan benda langit tetap buka. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis, namun hanya pada hari dan jam yang ditentukan. Sayangnya untuk jadwal bulan ini tidak ada kegiatan peneropongan di akhir pekan, sehingga saya belum punya kesempatan.
Meski bukan seorang penggila astronomi, saya termasuk orang yang menyukai ilmu astronomi. Waktu sekolah dulu, saya sempat belajar Ilmu Hisab (Perhitungan-waktu yang berdasarkan pada rotasi bulan dan revolusi matahari). Saya belajar menghitung jumlah hari dalam satu bulan hinjriyah yang berpatokan pada kemunculan hilal (sebagai penanda awal bulan), serta belajar menghitung kapan akan terjadi gerhana bulan atau matahari yang bisa disaksikan di Indonesia.
Karena keterbatasan pengetahuan, waktu sekolah saya hanya tahu pertunjukan planetarium dan observatorium dari film saja. Saya tidak tahu kalau di Indonesia juga bisa menyaksikan pertunjukan. Duduk (seperti di bioskop) lalu melihat bintang-bintang sambil mendengar penjelasan. Itu adalah salah satu mimpi saya, insya allah ketika saya diberi kesempatan untuk tinggal di luar negeri, planetarium dan observatorium adalah salah satu tempat yang wajib saya datangi.
Mungkin lain kali setelah mesin selesai diperbaiki saya akan berkunjung lagi untuk menyaksikan pertunjukan :)


Ketika datang ke TIM, ternyata sedang berlangsung pameran karya seni. Langsung saja saya menuju galeri. Ada banyak karya yang menarik, tapi sayangnya saya tidak banyak yang dokumentasikan, jadi gambaran umumnya seperti yang di bawah ini.



Selesai berkeliling di galeri, saya menyaksikan panggung apresiasi puisi. Kebetulan sekali pekan tersebut adalah peringatan hari puisi. Ada beberapa pembacaan puisi oleh para penyair-penyair (yang tidak saya kenal sama sekali). Dengan keterbatasan pengetahuan saya dalam bidang sastra, saya menikmati pertunjukannya.
Entah karena udara yang begitu panas atau memang berhalangan hadir, katanya hari tersebut seharusnya ada sekitar 50 pembaca puisi tapi yang datang hanya sekitar 10-15 orang. Penonton pun tak banyak, padahal acaranya cukup bagus. MC bilang, pada malam hari ada lokalisasi dan musikalisasi puisi juga. Benar saja, sebelum pulang saya sempat mampir dan sedang ada penampilan musikalisasi puisi oleh anak-anak SD, sangat menarik.
 


Akhirnya acara pembukaan JermanFest resmi dimulai. Pemutaran film bisu yang berjudul Metropolis, karya Sutradara Fritz Lang. Film tersebut mengambil setting kota masa depan, dengan topik perbedaan hidup antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah. Penggambaran masyarakat kelas atas dalam menjalankan sebuah kota (metropolis) adalah ibarat otak, masyarakat kelas bawah adalah pekerja yang menjadi tangan atas semua gagasan pengembangan kota tersebut. Keduanya seolah berada di dua sisi yang begitu berbeda, untuk itulah diperlukan "hati" guna sebagai mediator antara keduanya. Dalam film ini "hati" digambarkan oleh sosok Maria.
Sayangnya saya hanya sempat menonton part 1 saja dari film ini, jadi saya belum tahu akhir dari kisah Metropolis tersebut. Film yang sangat menarik. Saya rasa, saya akan menonton kelanjutan film ini di Youtube.


Petualangan hari ini berakhir. Berbeda dengan tadi siang, saya menggunakan jasa bajaj untuk bisa sampai TIM dari Halte Busway Kramat Sentyong-NU, ketika pulang saya memilih jalan kaki menuju halte busway. Tidak terlalu jauh, sekitar 20 menit berjalan kaki, saya pun sampai di halte. Benar-benar hari yang dipenuhi dengan perjalanan.

Oh ya, saya hampir lupa. Masih berada di kawasan TIM, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta juga terbuka untuk umum. Senin-Minggu (jam operasionalnya saya lupa). WNI yang tidak punya KTP DKI boleh masuk juga, tapi tidak boleh meminjam buku.

Rabu, 19 Agustus 2015

sa VS ma

Ini cuma salah satu tulisan gak jelas yang saya publish, silakan close tab atau skip jika tak ingin muntah dan kejang lantaran nyesel baca tulisan ini. Pokonya TIDAK DIREKOMENDASIKAN untuk dibaca. Ini si "Aku" lagi galau pas bikin tulisan, jadi isinya 100 % kegalauan.

***

Sore ini tiba-tiba pengen dengerin satu lagu, What about Now-Westlife, yang selalu sukses bikin sifat melankolis kambuh lantaran ingat cinta bertepuk sebelah tangan di masa lalu. What about now? What about today? What about you making me, all that I was meant to be? What if my love never went away?

Bukan berarti selama ini aku tidak berusaha menemukan cinta baru dan melupakan makhluk ajaib bernama 00(Zeroro-red). Aku berusaha membuka hati, namun selalu saja berujung pada jalan yang sama, buntu. Apa aku harus dapat surat undangan/berita pernikahannya dulu baru bisa benar-benar patah hati? Entahlah. Saat ini aku hanya ingin menulis. Aku perlu menceritakan tentang keresahan hati yang sebenarnya tak perlu kurasakan.

Seolah ada dua makhluk di kepalaku, kita sebut saja SA (Setan Aku) dan MA (Malaikat Aku).

SA : "Tiba-tiba inget sama Zeroro. Rasanya sakit, seperti aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku," ujarnya dengan kadar lebai yang luar biasa.
MA : "Sudahlah, kalau jodoh, dia pasti tak akan kemana," balasnya tanpa melirik sedikitpun pada SA.
SA : "Kamu bilang begitu juga tentang si Kuro, makhluk Tuhan paling brengsek yang pernah kukenal. Datang dan pergi seenaknya. Tiba-tiba datang dengan segudang kata cinta yang bikin muak, menghilang, memutus komunikasi tanpa alasan yang jelas, lalu muncul dengan berita pernikahan," ujar SA mulai sinis. Seakan tanduk mulai tumbuh di atas kepalanya.
MA : "Kamu kecewa? Bukankah itu salahmu sendiri yang tak pernah benar-benar menghargai perasaannya?" bisiknya. Bisikan yang terdengar seperti tabuhan genderang perang bagi SA.
SA : "Kecewa? Mungkin saja, karena aku terlanjur berpikir dengan sombong dan tolol, bahwa Tuhan menciptakannya untukku. Dengan berbagai perbedaan dan pertentangan yang kami miliki, kupikir dia akan menjadi separuh dari sayapku yang belum sempurna. Tapi ternyata aku salah, dia lebih memilih wanita yang bisa menerima kekurangan dan kelebihannya," jawabnya sinis. "Tapi sudahlah, toh aku memang tak pernah benar-benar peduli pada pria menyebalkan itu, aku bahkan bersyukur. Mungkin jika aku harus bersamanya, aku akan melewatkan hal-hal yang jauh lebih baik untukku," tambahnya dengan nada suara yang lebih tenang. Emosinya menguap begitu saja ketika mengingat alasan Tuhan memberinya "jalan yang tak diharapkan"
MA : "Yah, kamu memang harus berpikir begitu. Begitu pula dengan Zeroro. Kamu masih percaya jodoh yang diatur Tuhan, bukan?" tanyanya dengan sorot mata yang mengharapkan jawaban tegas SA.
SA : "... aku ragu dengan keyakinan yang selama ini kupertahankan," lirihnya setelah diam cukup lama.
MA : "Kamu harus yakin bahwa Tuhan telah menyiapkan seseorang terbaik untukmu, kamu hanya perlu bersabar hingga tiba pada waktu yang ditentukan-Nya". Tangan MA merangkul bahu SA, berusaha menyalurkan seluruh keyakinan yang dimilikinya.
SA : "Lalu aku tak boleh merasa rindu pada Zeroro?"
MA : "Itu hakmu, tapi jangan sampai rasa rindumu mengalahkan logikamu. Jangan sampai kamu melakukan hal yang akan kamu sesali seumur hidupmu".
SA : "Aku? Menyesal? Memangnya hal apa yang pernah kulakukan dan membuatku menyesal seumur hidupku?"
MA : "Memangnya tidak ada?" tanya MA tak percaya dengan kepercayaan diri-atau lebih tepat disebut kesombongan-yang dimiliki SA.
SA : "ck... kamu seperti baru mengenalku, aku rasa sampai saat ini aku belum pernah melakukan hal yang benar-benar kusesali. Hanya terkadang aku menyesal kenapa aku sering melakukan sesuatu tanpa ketulusan dan bersungguh-sungguh agar bisa mendapat hal yang lebih baik,"
MA : "Kalau begitu mulailah belajar menjadi orang yang tulus dan bersungguh-sungguh," ujar MA dengan senyum bahagia mengetahui bahwa SA setidaknya tahu apa kekurangannya. "Lalu apa kamu pernah menyesal mengatakan suka pada Zeroro?" godanya.
SA : "Tidak. Aku tak pernah sekalipun menyesalinya. Aku malah selalu berdoa agar dia selalu ingat padaku. Aku berharap bahwa akulah satu-satunya gadis yang pernah melakukan hal itu padanya. Aku berharap dia berjodoh denganku. Eh salah, aku berharap Tuhan menjodohkanku dengan Zeroro," jawab SA dengan senyum dan tanduk yang semakin menegaskan posisi sebagai "makhluk kiri".
MA : "..."

Jakarta, 11 Maret 2015

Senin, 03 Agustus 2015

Jalan-jalan Arsitektur, Babakan Setu; Mengenal Arsitektur Betawi

Hari minggu kemarin saya mengikuti salah satu rangkaian acara Design Week yang diadakan oleh IAI (Ikatan Arsitek Indonesia), yaitu Jalan-jalan Arsitektur Betawi. Kali ini tempat yang saya kunjungi adalah Babakan Setu yang berlokasi di Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Indonesia 12630. Untuk bisa sampai di lokasi, kita bisa menaiki Metromini 616 Jurusan Blok M-Pasar Minggu atau dengan angkutan bernomor 128 dari Terminal Depok. Tapi karena kegiatan rombongan, dari Statsiun Lenteng Agung kami melanjutkan perjalanan dengan bus pariwisata.

Setu Babakan merupakan sebuah Kampung Betawi yang didirikan oleh Pemerintah DKI Jakarta yang bertujuan sebagai wahana edukasi dan juga rekreasi bagi masyarakat. Disana kita dapat menyaksikan miniatur perkampungan Betawi, mulai dari berbagai kesenian sampai wisata kuliner khas Betawi. Namun karena tema jalan-jalan kali ini berkaitan dengan arsitektur, maka saya hanya akan bercerita tentang sedikit tentang Arsitektur Betawi (lho kok sedikit? karena saya belum pernah mempelajari tentang arsitektur betawi secara khusus, saya hanya memperoleh beberapa informasi dari kegiatan kemarin).



Arsitektur Betawi
Berbicara mengenai Arsitektur Betawi, maka tidak terlepas dari masyarakat Betawi sendiri. Betawi pada dasarnya terbentuk dari percampuran antara Arab, Cina dan Eropa. Maka secara otomatis fisik dan filosofi Arsitektur Betawi terpengaruhi oleh Arsitektur Arab, Cina dan Eropa.

Rumah Betawi
Secara keseluruhan rumah-rumah Betawi berstruktur rangka kayu, beralaskan tanah dengan lantai tegel ataupun semen. Berdasarkan bentuk dan struktur atapnya, rumah tradisional Betawi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu potongan gudang, potongan joglo (limasan) dan potongan bapang atau kebaya.Masing-masing bentuk atap berkaitan erat dengan pembagian denahnya.



Setu Babakan
Sebagai salah satu alternatif tempat rekreasi dan edukasi, Setu Babakan memiliki beberapa fasilitas yang merepresentasikan sosial dan budaya Betawi. Dalam satu kawasan terdapat rumah tradisional, ampliteater (sebagai tempat pertunjukan seni Betawi), restoran bahkan museum.






















Proses pembangunan kawasan sempat terhenti dan berlanjut lagi saat ini. Sehingga untuk beberapa fasilitas seperti museum masih belum dioperasikan.

Sebagai salah satu kawasan yang mengusung tema pelestarian budaya, saya harap Setu Babakan bisa terus berkembang dengan berbagai kegiatan positif dari masyarakat Betawi tentunya didukung dengan infrastruktur yang semakin baik :)

Bonus picture :-P


(Cr: Panitia Jalan-jalan Arsitektur)



Senin, 15 Juni 2015

Drama Drama Drama, Isi kepalaku: Drama

Beberapa waktu (atau mungkin lebih tepat disebut beberapa tahun) belakangan ini saya sukaaa banget nonton drama, terlebih drama korea dan drama jepang. Selain tidur dan jalan-jalan, saya memang suka sekali nonton. Tapi saya bukan tipe orang yang suka nongkrong di bioskop buat ngikutin perkembangan film, saya lebih suka mantengin internet dan update tayangan yang lagi jalan di negeri orang.
Berhubung Indonesia negara yang "sangat baik", kita bisa donwload dengan mudah drama-drama dan film yang sedang tayang di negara lain, lengkap dengan teks terjemah berkualitas jempolan. Hampir setiap hari, disela jam kerja saya selalu menyempatkan diri "menengok" perkembangan drama di luaran sana dan begitu tahu ada drama yang bagus saya pasti dengan senang hati nyomot, ngantongin bawa pulang, buat ditonton sebelum tidur atau di akhir pekan. Saking terlalu banyak drama yang saya masukkan, memory laptop saya sampai full tak bersisa. Kalau sudah seperti itu, maka mau tak mau saya akan memformat ulang, hapus semua drama yang sudah saya tonton lalu mengganti dengan drama yang belum pernah ditonton. Sebenarnya saya sedih harus kehilangan koleksi drama gara-gara masalah kekurangan memory. Mengingat saya juga punya hobi lain, yaitu nonton drama yang sama berulang kali, menghapus file lama benar-benar hal yang sangat berat (haha... maafkan, ini bahasanya lebai tingkat dewa).
Beberapa waktu ini ada dua drama korea yang sedang saya tonton dan beberapa drama jepang (atau yang juga dikenal dengan sebutan dorama).


Drama Korea :
- Warm and Cozy/맨도롱 또똣/Maendorong Ttottot
Pada awal cerita, Lee Jung-joo (diperankan oleh Kang So-ra) pergi ke Pulau Jeju untuk menemui ibu kandung yang tak pernah ditemui sebelumnya. Tapi sebelum menemui dan berbicara dengan sang ibu, niatnya dihentikan oleh Baek Gun-woo (diperankan oleh Yoo Yeon-sook) yang merupakan putra bungsu wanita yang ternyata bukanlah ibu kandungnya.
Sepuluh tahun kemudian Lee Jung-joo kembali ke Jeju untuk menghentikan niat sepupunya membeli caffe di pulau tersebut. Sialnya, disana dia malah bertemu dengan pacarnya yang ternyata sedang berbulan madu. Ia juga tiba-tiba dipecat dari pekerjaannya. Dalam perjalanan tersebut ia kembali bertemu dengan Baek Gun-woo. Baek Gun-woo membuka sebuah restoran untuk cinta pertama yang ditemuinya di Pulau Jeju sepuluh tahun lalu. Jung-joo dan Gun-woo yang memiliki kepribadian dan prioritas yang benar-benar berbeda pada akhirnya saling jatuh cinta.

Bagi saya, drama ini benar-benar terlihat seperti sedang promosi Pulau Jeju. Dari awal cerita kita akan disuguhkan dengan berbagai keindahan dan daya tarik Pulau Jeju. Bahkan di setiap akhir episode kita juga disuguhi tentang berbagai cara membuat makanan (mungkin khas Pulau Jeju). Tapi disanalah daya tarik Drama Korea, jalan ceritanya selalu menarik untuk diikuti. Sebagai pecinta drama, saya dengan senang hati memberi nilai 85 (dramanya masih tayang, bisa jadi akhir cerita membuatnya naik ke nilai 100 atau bahkan turun ke 70, siapa yang tahu).
Awalnya saya tertarik nonton drama ini karena pemeran wanitanya adalah Kang So-ra. Saya salah satu penggemarnya. Pertama kali saya kenal Kang So-ra dari acara We Got Married. Dia berpasangan dengan uri leader, Park Jung-soo, Leeteuk Super Junior. Saya lalu nonton film Sunny, My Paparotti, Misaeng, Doctor Stranger. Dari semua film dan drama tersebut, saya puas melihat akting So-ra.

- Mask/가면/Gamyeon
Drama ini dibintangi oleh Soo Ae dan Ju Jin-hoon. Bercerita tentang Ji-sook (Soo Ae) yang mengalami banyak kesulitan akibat hutang ayahnya. Suatu hari ia mulai hidup sebagai Eun-ha, gadis kaya yang menikah untuk kepentingan bisnis dengan Min-woo (Ju Jin-hoon). Karena masa lalunya, Min-woo tidak suka berdekatan ataupun disentuh orang lain. Namun dengan kepribadian dan karakter yang dimiliki Eun-ha, ia akhirnya mulai membuka diri.

Saya tertarik nonton drama ini karena pemeran utamanya Ju Jin-hoon, kangen aja. Pertama kali lihat dia di Princess Hours, suka banget. Tapi saya tidak begitu mengikuti perkembangan karirnya, setelah sekian lama lihat dia di drama tersebut saya baru ketemu lagi drama yang dibintanginya disini. Seperti perannya di Princess Hours, lagi-lagi si Aa "bermuka lempeng" ini cool luar biasa dan mungkin itulah daya tariknya.

Drama Jepang
Drama Jepang selalu penuh dengan makna dan petuah-petuah yang super. Drama-drama berikut juga tak hanya menghibur tapi menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sangat luar biasa.
- The Emperor's Cook/天皇の料理番/Tenno no Ryoriban
Bercerita tentang perjuangan Takuzo Akiyama (diperankan oleh daisukina onichan-Takeru Satoh) dalam meraih cita-citanya menjadi seorang koki.

Kesan pertama saat nonton drama ini: "ini cowok, gak ada bagus-bagusnya deh. Hopeless,". Tapi setelah mengikuti episode demi episode, barulah saya mulai mengerti karakter seorang Takuzo. Tekun, pantang menyerah dan mempunyai tekad yang kuat. Tidak ada yang tak mungkin untuk dicapai.
Dalam drama ini saya juga kenalan sama Haru Kuroki, lawan main Takeru dalam drama ini. Karakternya dalam drama ini benar-benar membuat saya jatuh hati (ahaha... tolong digarisbawahi, ini beda dengan jatuh cinta ya).

- I'm Home/アイムホーム
Hisashi Ieji (Takuya Kimura) tidak bisa melihat ekspresi wajah anak dan istrinya sejak mengalami kecelakaan. Setelah kecelakaan tersebut, ia juga mengalami amnesia, ingatan lima tahun sebelum kecelakaan terhapus total. Ia memiliki banyak kunci yang kemudian satu persatu kunci membawanya pada orang dan kisah dari masa lalunya.

Tidak ada alasan khusus saya nonton drama ini. Alasannya hanya satu: saya tidak pernah kecewa melihat drama yang dibintangi Oom KimuTaku :D.

- Dr. Rintaro/Dr. 倫太郎
Hino Rintaro (diperankan oleh Masato Sakai) adalah seorang pskiater di sebuah rumah sakit universitas. Pada suatu pesta dia bertemu dengan Yumeno (diperankan oleh Yu Aoi) yang ternyata merupakan kepribadian lain dari Akira. Dr. Rintaro adalah seorang dokter dengan kemampuan yang luar biasa, ia selalu menempatkan pasien pada posisi utama dan pertemuannya dengan Yumeno mulai mengubah hidupnya.

Alasan utama saya nonton drama ini adalah karena temanya berbau kedokteran. Drama-drama bertemakan kedokteran hampir selalu membuat saya fokus untuk menontonnya. Mungkin ini akibat dari gagal move on. Hahaha (abaikan).


Itu adalah sebagian dari isi kepala saya saat ini. Kalau di Jepang sana ada anak gadis yang tidak bisa keluar diakhir pekannya (bahkan untuk sekedar hang out bareng teman-temannya) lantaran sibuk dan terlalu khawatir meninggalkan games terlalu lama, maka saya enggan beranjak dari kamar di akhir pekan lantaran banyak sekali drama yang menunggu :).
Sampai jumpa dipostingan tak penting lainnya :D.
Sebagai bonus saya kasih foto Aa Takeru dan Nyai So-ra:



Senin, 23 Maret 2015

Japan, ikuyo!

Yattaa... rasanya seperti mimpi, berbekal modal nekad, doa dan restu dari orang tua, akhirnya saya bisa menjejakkan kaki di negeri matahari terbit.
Sejak kecil, saya selalu punya mimpi yang agak nyeleneh, yang mungkin bagi orang lain akan terdengar sangat konyol, tapi nyatanya manusia selalu mengawali sesuatu dengan hal yang dinggap konyol. Anggap saja seperti Albert Einstein yang konon pernah mengerami telur, konyol sekali bukan? Tapi kemudian ia menjadi seorang ilmuwan  besar. Saya mungkin belum punya ide-ide seperti itu, tapi mimpi-mimpi konyol saya diantaranya adalah: sejak SD saya sudah menetapkan pilihan untuk tidak masuk sekolah lanjutan negeri yang notabene menjadi favorit teman-teman sekelas, saya bercita-cita masuk sebuah sekolah agama kecil yang baru didirikan enam tahun sebelumnya. Setelah lulus sekolah tersebut, mimpi saya adalah melanjutkan sekolah di sebuah kota kecil di pinggiran priangan. Tidak ada alasan khusus atau kriteria khusus, asalkan sekolah di kota kecil itu, di manapun sekolahnya, saya akan merasa puas. Lalu sekarang, mimpi saya adalah sekolah di Jepang. Yah, Jepang, negeri para samurai. Tentu saja bukan karena saya ingin jadi seorang samurai, tapi lagi-lagi, itu menjadi sebuah obsesi yang selalu memacu semangat saya untuk belajar.
Alhamdulillah bulan Februari kemarin saya berkesempatan mewujudkan salah satu mimpi besar yang saya miliki.
Saya kesana untuk menghadiri sebuah seminar tentang perencanaan urban dan ini adalah pertama kalinya saya menjadi seorang pembicara di hadapan orang-orang dari berbagai negara.
Bukan hanya seminar, saya juga berkesempatan mengikuti international workshop yang diadakan The University of Kitakyushu (Kitakyushu Daigaku).
Dari samping kiri ada Li, Adlan, Jawid, Zheng Fei, Rica, Eyosiyas, Nanae dan Thai. Berbagai hal menyenangkan terjadi selama workshop. Kami belajar mengungkapkan pendapat dengan kendala keterbatasan penguasaan bahasa inggris, tapi semuanya luar biasa. Benar-benar salah satu pengalaman terbaik pernah mengenal dan bekerja sama bersama dengan orang-orang tersebut. Team 3, fighting! Malam (atau lebih tepat disebut pagi) menjelang pengumpulan desain perencanaan, kata yang paling saya ingat adalah "akiramenaide!". Yah, sampai kapanpun "jangan pernah menyerah" untuk berjuang, kerjakan semampu dan sebaik yang kita bisa, masalah hasil biarlah, yang penting kita belajar dan menikmati prosesnya.
Dengan modal bahasa inggris pas-pasan dan belepotan, cas cis cus menjelaskan konsep desain. Minna, gomen ne, eigo wo benkyousuru soshite jyozu ni naru^^".
Dan yang paling saya suka selama kegiatan ini adalah JALAN-JALAN.
Seperti berada dalam mimpi. Setiap hari mendapatkan hal baru yang selalu membuat saya terkagum-kagum dan semakin jatuh cinta dengan negeri tempat Aa Takeru Satoh dilahirkan ini. Terima kasih banyak kepada Ibu Beta dan keluarga yang sudah berkenan mebantu saya dari sebelum keberangkatan sampai pulang dengan selamat ke tanah air, jazakumullahu khairan kattsiraa.
Ah... Jepang, saya pasti bisa kembali!
Oh ya, terima kasih juga untuk Prof. Bart Dewancker yang sangat membantu pengurusan visa dan memberi kesempatan untuk saya ikut kegitan student exchange ini.
Lain kali, foto-fotonya saya publish. Ja, matta ne^^.







Kamis, 29 Januari 2015

Visa Pertama di Paspor Baru, Yoohoo... Japan I'm coming!!!

Tadaaa...
Udah lama banget saya gak nengok dan corat-coret disini. Harap maklum, beberapa hari belakangan saya agak sibuk (bener-bener AGAK sibuk, karena sebenarnya saya selalu punya banyak waktu senggang), saya sibuk nonton drama, ketawa-ketawa dan nangis-nangis gaje. Hahaha...
Beberapa hari yang lalu saya juga bolak-balik ke kedutaan Jepang di dekat Bundaran HI (kalau naik busway dulu ada Halte Bundaran HI yang posisinya tepat di depan gedung kedubes Jepang, tapi berhubung haltenya dibongkar karena ada pekerjaan MRT, saya turun di Halte Sarinah jalan sekitar 200 meter ke gedungnya). Yattaaa... masih berasa mimpi di siang bolong, saya akan berangkat ke Jepang bulan Februari ini untuk ikutan seminar dan workshop. Bismillah... semoga semua dilancarkan hingga hari H, berangkat dengan selamat dan dua puluh hari kemudian kembali lagi ke tanah air dengan selamat pula. Amin.
Ini pengalaman pertama saya bikin visa dan insya allah jadi pengalaman pertama juga pergi keluar negeri jadi semua proses benar-benar baru saya coba, mulai dari mengumpulkan dokumen peryaratan visa sampai pengambilan visa di kantor kedubes.
Saya pergi dalam rangka seminar jadi persyaratan visa saya relatif mudah, yaitu:
1. Formulir, bisa didownload disini.

Untuk foto, ukurannya 4,5 x 4,5 dengan latar belakang putih. Kalau pergi ke studio foto di sekitaran Jakarta, saya rasa ukuran ini tidak asing, karena pengalaman saya kemarin, ketika menyebutkan ukuran tersebut penjaga studio sudah tahu kalau itu untuk visa ke Jepang. Oh ya, fotonya jangan diedit (pasang muka apa adanya aja... gak usah dimulus-mulusin,hehe). Dan bagi yang berjilbab, foto untuk pengajuan visa boleh juga pakai jilbab cuma jidatnya agak dibuka lebar ya... heuheu... gak jauh beda sama buat paspor lah.

2. Jalwal perjalanan (itinerary), bisa dicek disini.

Jadwalnya isi selengkap mungkin, bahkan cantumkan pula jam untuk tanggal berangkat dan pulang, naik pesawat apa, menginap dimana dan sebagainya. Kalau misalkan mau menginap di hotel, tuliskan juga nama dan alamat hotelnya. Biasanya diminta bukti booking hotel, coba aja googling dulu kira-kira nanti mau nginep dimana. Saya kebetulan mau menumpang di tempat dosen saya yang kebetulan sekarang sedang kuliah disana, beliau berbaik hati ngasih copy-an ID cardnya jadi sebagai data pendukung saya lampirkan juga copy ID card tersebut.

3. KTP dan surat rekomendasi dari kantor atau surat keterangan masih aktif kuliah bagi mahasiswa.

Syarat utamanya sih itu aja, tapi jangan lupa lampirannya:

1. Surat undangan dari penyelenggara seminar. Saya dapet surat itu via EMS, waktu itu kalau tidak salah dikirim dari Jepang hari sabtu, hari selasa sudah sampai di tempat saya.
2. Bukti pemesanan tiket pesawat PP (berhubung visa yang saya ajukan untuk kunjungan jangka pendek, jadi lampirkan bukti pemesanan tiket untuk pulang dan pergi).
Oh ya, waktu mengajukan visa, tiket yang saya lampirkan ada 2 maskapai (hehe... buat selengkap mungkin supaya pihak kedubes tidak khawatir dengan rencana perjalanana kita), pertama untuk penerbangan Jakarta-Osaka-Jakarta dan yang kedua Osaka-Fukuoka-Osaka.
Seminar saya di Fukuoka, cuma untuk menghemat ongkos saya disarankan ambil rute Jakarta-Osaka-Fukuoka.
3. Bukti booking hotel/alamat tempat tinggal kita di Jepang.

Setelah seluruh persyaratan lengkap, hari selasa semua dokumen saya serahkan ke petugas dan katanya kalau tidak ada masalah hari jumat visanya sudah bisa diambil dan diingatkan juga untuk membawa uang Rp. 320.000,- ketika mau ambil. Sayangnya hari jumat hujan turun hampir sepanjang hari, jadilah saya putuskan untuk mengambil visa hari senin.
Oh ya, untuk penyerahan dokumen pengajuan visa, layanannya hari senin sampai jumat jam 08.30 sampai jam 12.00. Sedangkan untuk pengambilan sendiri hari senin sampai jumat jam 13.30 sampai 15.00. Selain itu, pembuatan visa juga diharuskan sesuai wilayah yuridiksi, misalnya saya dari Jawa Barat, pengajuan visanya di Kantor Jakarta. Untuk lebih lengkapnya info bisa dilihat disini
Hari senin, tiga menit menuju jam 13.30 saya tiba di kantor kedubes ternyata nomor antrian saya sudah harus menunggu sebanyak dua puluh nomor. Sepertinya budaya orang Jepang yang tepat waktu diaplikasikan dengan baik di kantor ini, karena meski nomor antrian kita menunggu cukup panjang, cara kerja dan pelayanannya efisien, jadi gak bikin kesel. Tibalah giliran nomor saya dipanggil. Begitu paspor diserahkan, petugasnya bilang "gratis ya,". Eh? Saya melongo. Khawatir salah dengar saya pun memastikan "ini gratis?". Petugasnya menjawab dengan ramah "iya, gratis". Wahhh... alhamdulillah. Rejeki, sodara-sodara! Tapi karena terbuai dengan kegratisan tersebut, saya sampais lupa nanya kenapa bisa gratis...

Yah... begitulah pengalaman saya mengurus visa untuk seminar bulan depan.
Insya allah nanti saya ceritakan lagi tentang perjalanan pertama saya ini. Yoohoo... architecture and adventure. Saya suka kedua hal ini, mari bercerita tentang hal-hal baru yang kita temui di luar sana :)